16 Apr 2016
Apakah Anda pernah membaca buku berjudul “Pendidikan Anak Ala Jepang” yang ditulis oleh Saleha Juliandi M. Si dan Juniar Putri, S.Si? Di dalam buku tersebut, penulis menceritakan salah satu pengalaman dimana ketika berada di stasiun kereta yang padat, banyak masyarakat Jepang memilih menghabiskan waktu untuk membaca buku dibandingkan bermain gadget.
Lalu, mari kita lihat kondisi di Indonesia, sebagai contoh KRL di wilayah Jabodetabek. Anda pasti akan menemukan bahwa hampir semua orang tidur maupun sibuk dengan gadget masing-masing di dalam kereta, bukan? Kondisi memprihatinkan ini menunjukkan bagaimana masih rendahnya minat baca di Indonesia.
Menurut survei Programme for International Assessment (PISA) yang dilakukan oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) pada tahun 2012 menunjukkan Jepang berada dalam posisi 7 teratas negara dengan tingkat membaca, matematika dan sains terbaik, sedangkan Indonesia berada pada posisi 64. Apakah yang membuat perbedaan ini?
Ya, faktor utamanya adalah sistem pendidikan di Jepang. Bahkan Amerika sendiri berusaha untuk sedikit mengadaptasi sistem pendidikan Jepang ke dalam sistem pendidikan mereka. Hal ini ternyata menunjukkan betapa sistem pendidikan di Jepang memanglah efektif.
Bagaimana sistem pendidikan Jepang membantu meningkatkan minat baca anak? Jawabannya adalah sebagai berikut.
Membacakan, Bukan Menyuruh Anak Membaca
Sistem pendidikan anak sejak dini di Jepang lebih menekankan kepada menumbuhkan Minat baca dibandingkan kemampuan membaca anak. Hal ini terbukti dari Taman Kanak-Kanak (TK) maupun Tempat Penitipan Anak (TPA) di Jepang yang belum dikenalkan untuk belajar membaca. Tapi bukan berarti bahwa anak tidak diperkenalkan dengan buku.
Disini peran guru sangat penting. Guru akan membacakan berbagai cerita anak dari buku-buku yang penuh dengan gambar-gambar secara menyenangkan. Guru setidaknya membacakan buku sebanyak 3 kali sehari setiap pagi hari setelah senam, siang hari setelah makan siang, dan sore hari sebelum dijemput orang tua. Hal ini akan membuat anak merasa buku merupakan hal yang menyenangkan dimana mereka bisa memperoleh berbagai cerita menarik. Disinilah proses kecintaan anak terhadap buku mulai berkembang.
Biarkan Anak untuk Memilih Buku yang Disukai
Setiap sekolah di Jepang wajib untuk memiliki perpustakaan yang memadai. Walaupun siswa-siswa TK/TPA belum mampu membaca, namun mereka dibawa untuk melihat-lihat dan membaca buku di perpustakaan. Pada hari tertentu, mereka juga diizinkan memilih buku yang mereka sukai dan meminjamnya untuk dibawa pulang. Memang mereka belum bisa membacanya, namun nantinya di rumah orang tualah yang akan membacakan isi buku tersebut untuk mereka.
Di sekolah dengan tingkatan yang lebih tinggi, sekolah bahkan mewajibkan muridnya untuk meminjam setidaknya satu buku yang mereka suka atau sesuai dengan hobi masing-masing dari perpustakaan. Setelah selesai membaca, siswa akan diminta untuk membuat resume disertai dengan pendapat pribadi mereka kemudian mempresentasikannya di depan kelas. Hal ini dilakukan untuk menggalakkan minat baca sejak bangku sekolah. Namun terbukti efektif membuat mereka tetap merasa “dekat” dengan buku hingga mereka dewasa.
Secara singkat, kita khususnya orang tua memang tidak mampu untuk mengubah sistem pendidikan Indonesia yang telah ditetapkan. Namun, kita setidaknya dapat “mencontek” sedikit bagaimana sistem pendidikan Jepang tersebut mampu membimbing anak untuk menyukai buku. Selain sekolah, peran orang tua di rumah juga sangat penting untuk meningkatkan minat baca anak sejak dini. Mulai dari membacakan buku cerita yang menyenangkan dan memperlihatkan buku cerita yang bergambar secara rutin sejak kecil akan perlahan membuat anak Anda merasa bahwa buku adalah hal yang menyenangkan. (biMBA-AIUEO/Ern)